Mahasiswa Unisla Lamongan Tolak Keras Dualisme Pimpinan

Lamongan – Ratusan mahasiswa Universitas Islam Lamongan (Unisla) menolak dualisme pimpinan di perguruan tingginya. Mahasiswa mendesak dua kubu duduk bersama menyelesaikan konflik internal tersebut.
Mereka berorasi di depan Gedung Rektorat Jalan Veteran dan membawa poster berisi tuntutan. Para mahasiswa sebelumnya mengaku telah mengirim surat pernyataan ke dua belah pihak yang berseteru untuk menyelesaikan dualisme. Namun, ternyata belum ada tindak lanjutnya.

“Kami dari BEM Unisla telah melayangkan surat pernyataan kepada kedua pihak pada 6 Mei lalu, temyata belum ada tindak lanjut dalam menyelesaikan permasalahan tersebut, baik dan pihak YPPTI Sunan Giri maupun pihak Universitas Islam Lamongan,” kata Ketua BEM Unisla, Chelvin Akbar Putra Mandala dalam orasinya di depan kampus, Rabu (17/5/2023).

Mahasiswa, lanjut Chelvin, mendesak penyelesaian permasalahan tersebut tanpa harus berlarut-larut dalam perebutan kekuasaan yang terjadi saat ini. Mahasiswa menuntut semua pihak terkait untuk berbenah dan memberikan klarifikasi polemik yang belakangan mencuat.

“Kami menolak adanya dualisme kepemimpinan di kampus kami tercinta dan mengecam keras adanya intimidasi maupun intervensi kepada seluruh mahasiswa untuk keberpihakan kepada salah satu pihak, serta menolak adanya intervensi kepada mahasiswa atas gerakan dalam memperoleh hak-haknya sebagai mahasiswa,” tandasnya.

Pihaknya juga mendesak memberi kepastian edaran akademik dengan jadwal yang konkrit. Dan memberikan kejelasan dan kepastian pembayaran administrasi agar tidak menyebabkan kebingungan mahasiswa dalam prosedur administrasi.

“Kami juga menuntut agar universitas memberikan kejelasan dan transparansi terkait dana pengembalian KIP,” tegasnya.

Usai menyampaikan aspirasinya, ratusan mahasiswa ini kemudian diterima dua pihak yang tengah berseteru. Di depan dua kubu ini, mahasiswa kembali menegaskan tuntutan mereka dan meminta agar digelarnya Konferensi Luar Biasa (KLB). Sementara itu, pimpinan kampus yang berkonflik terlihat masih teguh mempertahankan argumen soal kepemimpinan.

Pihak Ir. Wardoyo menganggap keputusannya tepat dan sesuai hukum. Dil ain pihak, kubu Bambang Eko Muljono yang diwakili Pj Rektor Abdul Ghofur menyebut pihaknyalah yang benar lantaran sesuai dengan statuta kampus dan regulasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI.

Usai menyampaikan aspirasi mereka dan mendengar sikap kedua belah pihak, mahasiswa kemudian mengakhiri aksinya dengan memasang spanduk dan poster di sejumlah titik Kampus Unisla.